Dengerin lagu-lagu hits dan berita terupdate hanya di Radio Mercu Buana.

Perunggu Merilis Single “Pikiran Yang Matang”

Sumber Instagram Perunggu

Rekan Buana, ada hari-hari di mana kita merasa dunia terlalu gaduh untuk diladeni, dan satu-satunya hal yang terasa waras adalah menjauh. Mungkin bukan secara fisik, tapi menjauh secara perhatian. Seperti lagu terbaru dari Perunggu, “Pikiran yang Matang,”. yang bukan lagi tentang kehilangan, tapi tentang berhenti memberi ruang bagi hal-hal yang tak lagi penting. Dan kadang, kedewasaan datang justru saat kita memilih untuk tidak meladeni.

Dibuka dengan lirik tentang “dinding berjamur” dan “TransJakarta kemarin subuh”, Perunggu seperti biasa bermain dengan metafora urban, bahkan ketika teman saya mendengarkan bait pertama ini, ia langsung mengucap “harusnya di rilis pas semester kemaren gua nih” sebuah guyon yang berasal dari seorang pendatang di ibu kota ini dan tak jarang ia menaiki transum (transportasi umum) dengan perlawanan pada isi kepalanya sendiri.

Dan jika lagu ini terasa seperti sedang menyindir seseorang, mungkin karena ia sedang menertawakan sesuatu yang dulu pernah menguasai terlalu banyak waktu kita. Reff lagu ini bisa dibilang adalah puncak dari perasaan “cukup sudah”. Baris “hei, aku tak perlu kenal dirimu” dan “kau pernah sita semua waktuku dan tak kembalikan satu pun” bukanlah kemarahan yang meledak-ledak, melainkan catatan akhir yang ditulis dengan tenang. Ada sesuatu yang melegakan dari mengaku: aku sudah tak tertarik lagi. Dan seiring reff itu diputar ulang, kita disadarkan pada satu hal: bukan orang itu yang berubah, tapi prioritas kita yang kini lebih waras.

Sumber Youtube Perunggu Official

“Banyak yang butuhkan perhatianku,” katanya. Sebuah pengingat bahwa kita memang tak bisa menyenangkan atau mengikuti semua orang terutama mereka yang tidak pernah mengembalikan apa pun. Lagu ini, dalam segala kesederhanaannya, menjadi pengakuan bahwa perhatian adalah hal yang sangat berharga, dan kita berhak memilih ke mana itu akan diberikan.

Semakin lagu ini berjalan, semakin terasa bahwa ketenangan tidak datang dari menghindar, tapi dari belajar memilah mana yang benar-benar penting. “Di laut yang tenang, dan pikiran yang matang…” menjadi bentuk klimaks yang tidak meledak, melainkan mengendap. Ada rasa kontemplatif dalam setiap katanya. Lagu ini tidak bicara soal pembalasan atau dendam, tapi tentang kesadaran bahwa kita sedang menanam—dan akan menuai sesuatu tanpa perlu menunjukkannya ke siapa-siapa.

Secara musikal, lagu ini masih berada dalam napas khas Perunggu, namun terasa lebih intimate dibandingkan rilisan mereka sebelumnya. Jika ada yang berubah dari Perunggu, mungkin bukan hanya aransemen musiknya tapi cara mereka menyampaikan ketegasan dengan perlahan.

Secara keseluruhan, “Pikiran yang Matang” adalah lagu yang sangat dewasa. Lagu ini mengingatkan kita bahwa masih banyak hal yang lebih layak untuk dipedulikan. Perunggu tidak sedang berteriak dalam amarah, melainkan membisikkan sebuah kelegaan. Mereka mengajak kita percaya bahwa meninggalkan bukan berarti gagal menjadi pemenang, dan mengikhlaskan bukan lagi bentuk kekalahan.

Dan mungkin, Rekan Buana, di situlah letak inti dari “Pikiran yang Matang” itu sendiri, selamat menikmati sajian indah dari Perunggu Rekan Buana.